PUISI–LPM ESENSI– “Doa yang Mengiringi Jejakmu” karya Eyon Erorina mahasiswa aktif STITA (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Azhar) dan anggota LPM ESENSI merupakan ungkapan cinta dan penghormatan mendalam kepada almarhum Kiai Ach Safradji. Melalui bahasa yang lembut namun penuh daya spiritual, Eyon menggambarkan sosok sang Kiai sebagai cahaya kehidupan dan pembimbing ruhani yang kehadirannya terus hidup dalam doa dan jejak para santrinya. Sebuah karya elegi yang lahir dari rasa kehilangan, tetapi juga sarat akan harapan dan keteladanan.
Doa yang Mengiringi Jejakmu
(untuk Kiai Ach Safradji)
Telah rebah tubuh itu di antara sejuk tanah,
Namun jiwanya menjelma pelita yang tak padam.
Langkahmu, Kiai, tak lagi terdengar di pelataran pesantren,
Namun getar suaramu masih menari di jantung kami—
menggema dalam tiap hela napas pagi,
mengalir dalam detak santri yang kau tempa dengan kasih abadi.
Kiai Ach Safradji,
Engkau bukan sekadar guru—engkau adalah fajar
yang menyibak kelam jiwa kami,
tertutup kabut malas dan lalai.
Engkau tak pernah mengaduh meski pundakmu memikul hari-hari berat,
tak pernah mengeluh meski jiwamu dihantam nakal kami yang tak tahu diri.
Senyummu, laksana embun yang sabar menanti fajar,
menyejukkan amarah yang nyaris membakar.
Kami, para santri yang kerap lupa arah,
sering lebih akrab dengan tidur daripada kitab,
lebih mencintai rebahan ketimbang bacaan.
Namun engkau tak pernah benar-benar pergi,
meski hati kami menjauh,
kau tetap di situ—
berdiri tegak dalam doa,
menyulam kesabaran dengan benang cinta.
Oh, Kiai…
Kini kami tahu
mengapa tak ada marah di wajahmu yang bersih,
mengapa tak ada lelah di tapak kakimu yang renta.
Karena engkau berjalan bukan demi pujian,
tapi karena Allah yang kau cintai.
Karena engkau membimbing bukan demi sanjungan,
melainkan demi menyelamatkan jiwa-jiwa kering ini menuju Ridha-Nya.
Dan kini…
Kala angin sore menggugurkan dedaunan di halaman pesantren,
kami menangis diam-diam—
bukan hanya karena kehilangan sosokmu,
tapi karena takut tak mampu menapak jalanmu.
Namun kami tahu,
engkau belum benar-benar pergi:
kau larut dalam tiap ayat yang kami baca,
dalam tiap doa yang kami langitkan.
Kiai Ach Safradji,
namamu akan terus terukir dalam kitab hati kami,
bagai tinta cinta para ulama yang tak pernah luntur.
Jasadmu mungkin diam di rahim bumi,
namun ruh perjuanganmu hidup dalam setiap langkah kami.
Terima kasih, Kiai.
Engkau bukan hanya guru—
engkau cahaya yang menuntun kami
agar tak buta di jalan yang penuh tipu daya.
Engkaulah pahlawan kami,
yang berjubah ikhlas dan bersorban doa.
Semoga Allah menempatkanmu di taman-taman surga,
di barisan para pewaris Nabi yang tak pernah letih mencintai umat.
Puisi Karya)* Eyon Erorina
Komentar